Budidaya Ikan Koi
Ikan Koi (Cyprinus carpio)
termasuk ikan hias eksotis, bukan hanya pesona warna dan lekukannya
yang indah, tetapi juga keelokan yang dipertontonkan tatkala menyembul
dan melompat ke atas air. Sungguh merupakan keasyikan tersendiri untuk
menikmati keindahan warna dan atraksi-atraksi yang dipertontonkan.
Selain dipelihara sebagai hobi, koi juga bisa dijadikan lahan bisnis
yang menjanjikan. Tentu saja bagi mereka yang benar-benar serius
menekuninya.
Harga Koi sangat ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Nilai
koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan pola dan
intensitas warna kulit. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas,
keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya
dipilih yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan
dengan tubuh besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti “torpedo”.
Hal-hal
yang harus diperhatikan ketika hendak memijahkan ikan koi adalah
ketersediaan kolam, persediaan induk koi, penyediaan pakan benih, dan
perlakuan seleksi yang ketat.
Ikan Koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Koi
dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat
ini, mulai dikembangkan di Jepang, 200 tahun yang lalu, di pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi. Pemuliaan yang dilakukan bertahun-tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian koi.
Beberapa varietas yang tersebar ke seluruh dunia digolongkan Asosiasi Koi Jepang (en Nippon Airinkai) menjadi 13 kelompok antara lain: Bekko, Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo, Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono. Sedangkan 5 golongan utama yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan Kawarigoi
Taksonomi koi adalah sebagai berikut:
Philum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinoformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies: Carpio
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinoformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies: Carpio
Kolam Pemijahan
Ikan koi secara alami hidup di air deras, sehingga membutuhkan air jernih dan kadar oksigen yang tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam, sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh.
Kolam pemijahan tidak boleh menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu untuk masuknya air dan pintu untuk pembuangan / pengeluaran air yang terpisah. Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.
Lokasi kolam hendaknya cukup mendapatkan sinar matahari tetapi sebagian harus dinaungi. Kolam hendaknya tidak terpapar sinar matahari langsung, karena sinar matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton. Suasana di kolam harus cukup tenang, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Koi berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, meskipun akuarium tidak dapat menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak.
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3 – 6 meter persegi, dengan kedalaman 0,5 meter.
Kolam Penetasan
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5 - 2 meter.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk mensuplai pakan benih, jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6 - 10 meter persegi.
Selanjutnya, jika masih memungkinkan, dinding kolam bisa dilapisi dengan vinil yaitu bahan yang biasa digunakan untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
Teknik Budidaya
Kualitas Air
Air
merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi,
sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung
perkembangan koi secara optimum adalah sebagai berikut:
- suhu air berkisar 24-26oC
- pH 7,2-7,4 (agak basa),
- oksigen minimal 3-5 ppm,
- CO2 max 10 ppm,
- nitrit max 0,2.
Air yang digunakan harus terdeklorinisasi atau
sudah disaring dan diendapkan 24 jam. Air yang digunakan untuk
pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki kandungan oksigen dan
suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator,
sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu air kolam
dengan tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5 derajat Celcius.
Pakan
Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan
segala). Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk
butiran (pellet). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi
antara bahan nabati (misalnya tepung kedelai, tepung jagung, tepung
gandum, tepung daun, dll) dan bahan hewani (seperti; tepung ikan, tepung
kepala udang, tepung cumi,kekerangan dll) serta multivitamin dan
mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan.
Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin.
Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin.
Para
pembudidaya saat ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena
sudah tersedia di pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai
dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi.
Pakan
alami atau pakan hidup misalnya cacing darah, cacing tanah, daphnia,
cacing tubifex, cocok diberikan pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor),
karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem
pencernaan. Selain itu koi juga dapat memakan phitoplankton dalam kolam.
Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa)
dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3 - 5 % per-hari, dengan frekuensi
pemberian 2 - 3 kali per-hari. Hal ini juga disesuaikan dengan kondisi
ikan dan media air pemeliharaannya.
Syarat Induk
Syarat
utama induk yang baik adalah calon induk sudah matang kelamin dan
matang tubuh. Matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan
sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang
tubuh artinya, secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk
produktif.Syarat Induk
Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip-siripnya lengkap, juga sisiknya. Gerakannya anggun, seimbang , tidak loyo. Umur jantan minimal 2 tahun, betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Jantan sebaliknya, lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Sirip induk jantan siap kawin akan muncul bintik-bintik putih.
Disarankan
untuk tidak menggunakan stok induk yang paling bagus, karena
keturunannya biasanya jelek. Anak keturunannya belum tentu sebagus
induknya. Yang dipijahkan sebaiknya koi biasa saja, tetapi masih
memiliki sifat-sifat unggul, seperti warnanya pekat. Pada saat seleksi
benih, nantinya bisa dipilh mana yang bagus dan mana yang diafkir.
Induk
yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah
simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo, dengan berat badan minimal
1 kg. Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik
untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk
dibesarkan menjadi induk.
Pemijahan
Secara alami, carp
memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan suhu
air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk
menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak diberi pakan
selama beberapa hari.
Koi
dapat memijah secara alami dan buatan, yaitu dengan rangsangan hormon
yang disuntikkan pada tubuh induk betina, untuk mempercepat proses
pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan, untuk satu kali penyuntikan.
Ovulasi
akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa
pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman
karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami,
sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan
pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir.
Induk
betina, dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat
badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina
dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikeluarkan oleh induk betina
menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan.
Tetapi
bisa juga dipertimbangkan perbandingan sebagai berikut, seekor induk
betina berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan. Jika seekor betina
hanya diberi seekor jantan di kolam pemijahan, tidak menutup kemungkinan
induk jantannya ngadat, sehingga pemijahan jadi gagal. Dengan
menyediakan stok jantan lebih dari satu, kegagalan pemijahan bisa
dihindari.Induk dimasukkan sekitar pukul 16.00 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dengan diikuti induk jantan di belakangya. Makin lama gerakan mereka makin seru. Induk jantan menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telurnya dengan sesekali meloncat ke udara. Aktifitas betina ini segera diikuti jantan dengan mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur yang terkena sperma akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Juga ada sebagian telur yang jatuh ke dasar kolam. Perkawinan selesai pada pagi hari. Induk segera dipisah dari telurnya. Jika terlambat telur bisa habis dimakan induknya.
Telur
yang telah dibuahi dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari
wadah pemijahan atau telurnya yang diangkat dan dipindahkan kedalam
wadah penetasan.
Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan Kolam Pemijahan
Pertama kali yang harus dipersiapkan untuk pemijahan adalah kolam. Kolam dikeringkan dibawah terik matahari. Pintu pemasukan dipasang saringan untuk mencegah telur yang mungkin hanyut.
Telur koi menempel (adesif) sifatnya. Biasanya koi akan bertelur dibawah tanaman atau bahan apa saja yang bisa dipakai untuk menempelkan telurnya. Oleh karena itu sediakan penempel telur yang memadai agar telur koi bisa menempel.
Penempel telur bisa menggunakan kakaban, yang dipakai untuk memijahkan ikan mas. Kakaban dibuat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu dan dipaku. Kakaban yang baik terbuat dari ijuk yang panjang dan rata, panjang 120 cm lebar 40 cm. Jumlah kakaban yang diperlukan disesuaikan dengan besar induk betina, biasanya 4 - 6 buah untuk setiap 1 kg induk betina.
Agar bisa mengapung, kakaban disusun di atas sepotong bambu yang masih utuh. Di atas kakaban diberi bilah bambu dan diikat agar kumpulan kakaban tidak tercerai-berai, ketika pasangan induk memijah. Sebelum dipasang, kakaban dibersihkan, dicuci, dan dibilas agar terbebas dari lumpur.
Kakaban
dipasang setelah kolam diisi air. Air selalu mengalir ke kolam
pemijahan untuk merangasang pasangan koi yang akan memijah. Selain
kakaban, tempat penempel telur bisa juga menggunakan tanaman air seperti
Hydrilla yang disusun atau potongan tali rafia sebagai pengganti ijuk.
Pendederan
Ada
dua cara untuk memisahkan induk dari telur yang dihasilkan. Pertama,
dengan memindahkan induk dari kolam pemijahan dan tetap membiarkan telur
menetas di kolam tersebut. Cara kedua dengan memindahkan telur ke kolam
penetasan. Cara pertama lebih praktis karena lebih menghemat lahan
(kolam).
Untuk mencegah agar tidak terserang jamur, telur-telur direndam dulu dalam larutan Malachyt green dengan
konsentrasi 1/300.000 selama 15 menit sebelum ditaruh di kolam
penetasan. Ketika akan merendam telur-telur ini, sebaiknya kakaban
digoyang-goyangkan pada air agar kotoran yang mungkin menutupi telur
bisa terlepas
Agar
menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dan suhu air tetap
konstan. Jika suhu terlalu dingin, penetasan akan berlangsung lama. Jika
suhu terlalu tinggi, telur bisa mati dan membusuk. Agar
telur bisa terendam semua, rangkaian kakaban harus “ditenggelamkan” ke
dalam kolam. Untuk itu bisa memakai jasa gedebog pisang. Potong tiga
buah gedebog pisang sepanjang 40 cm, lalu letakkan diatas kakaban dengan
dua ruas bambu sebagai alasnya. Agar bisa stabil, gedebog diratakan
salah atu sisinya.
Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24 - 72 jam, tergantung suhu. Setelah menetas kakaban diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Nantinya kakaban bisa dipakai lagi di lain kesempatan. Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air.
Benih
koi umur seminggu masih lembut. Umumnya orang menetaskan telur koi
dalam hapa yaitu kantong yang bermata lembut yang biasa untuk menampung
benih. Di hapa, benih koi lebih mudah dikumpulkan dan tidak hanyut
terbawa aliran air. Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3 -4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning telur sebagai persediaan pakan utama yang pertama. Selam a itu mereka belum membutuhkan pakan dari luar karena pencernaannya belum terbentuk sempurna.
Menjelang kuning telur habis atau dua atau tiga hari kemudian, mereka sudah mulai berenang, saat itulah mulai perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Pada saat ini, benih ini harus dipindahkan ke kolam pembesaran yang banyak mengandung pakan alami.
Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran
kering (pellet). Dalam 5 hari sesudahnya, 1 juta larva memerlukan 7 kg
artemia, atau sekitar 0,5 - 2 kg per hari.
Pada tahap ini, larva ditebar pada kepadatan 20 - 40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan
sekitar 25 kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50 - 80%.
Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan
dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram).
Persiapan Kolam Untuk Pendederan
Benih yang sudah berenang bebas harus dipindahkan ke kolam pembesaran. Kolam pembesaran
ini harus dipersiapkan, agar ditumbuhi pakan alami, seminggu sebelum
pemijahan. Adapun langkah – langkah persiapannya sebagai berikut.
- Kolam dikeringkan selama dua hari di bawah terik matahari dan disemprot dengan pestisida agar binatang yang tidak dikehendaki mati. Pestisida yang dipakai Dipherex atau Nogos dengan dosis 0,5 – 1,0 ppm.
- Kemudian untuk menyediakan pakan alami berupa binatang renik, kolam dipupuk dengan kotoran ayam dan jerami. Jerami ditindih dengan batu dan diletakkan di sudut – sudut kolam. Volume kotoran ayam 1,5 kg/m2. pintu pemasukan air ke kolam harus diberi saringan.
Dalam
beberapa hari, air yang terkena jerami akan berubah warna menjadi merah
kecoklatan. Namun, beberapa hari kemudian akan jernih kembali. Jika
pemberian kotoran ayam dan jerami tepat, dalam beberapa hari kemudian akan tumbuh infusoria dan fitoplankton. Pada saat ini benih – benih koi sudah bisa dimasukkan. Setelah kurang lebih sepuluh hari, daphnia akan tumbuh.
Jika
tidak dapat menumbuhkan pakan alami, terpaksalah memberi pakan benih
koi dengan pakan buatan seperti kuning telur yang direbus, tepung udang,
susu bubuk untuk anak sapi, dan pakan tepung khusus untuk koi. Untuk
menjaga agar air tidak busuk oleh sisa pakan buatan, di kolam dimasukkan
air baru agar sisa pakan hanyut.
Pendederan
Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II
dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan
dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan
bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi
bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik.
Waktu
yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram)
adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk
mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan.
Kualitas
ikan koi (pola dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi
ukuran fingerling, yang afkir bisa mencapai 25 - 50%. Dari 1 juta telur
dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33
%).
Pewarnaan
Pewarnaan
Kualitas
koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan
warna. Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna
menunjukkan kualitas yang baik.
Genotip menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora. Kromatofora
yang menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan. Ikan pada wadah
gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat
berubah bila ikan mengalami tekanan (stres).
Biasanya
ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan
yang tumbuh cepat karena pigmen bisa diubah dan digunakan untuk
pertumbuhan tubuh. Seumur hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan
menggunakan pigmen. Koi muda yang berwarna pucat apabila diberikan pakan
berpigmen selama 6 minggu sebelum dipasarkan akan berwarna menarik.
Intensitas warna tergantung dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen
dapat muncul dengan adanya karotenoid dalam pakan.
Pra Panen
Pra Panen
Koi
tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai
panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20
cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan
jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, Koi yang
terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil menunggu harga
pasar yang baik.
Dalam
penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu
gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk.
Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik
jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan
dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh
ikan Koi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar